Sudut Pandang Orang Ketiga (POV 3)

Pada sudut pandang orang ketiga, penulis memposisikan dirinya seolah tahu segala hal yang terjadi pada keseluruhan cerita. Dalam POV 3 ini pada umumnya penulis menggunakan nama tokoh utama dan beberapa tokoh lainnya.

POV 3 juga dibedakan menjadi dua jenis yaitu sudut pandang orang ketiga terbatas dan serba tahu.

Dalam sudut pandang ini, penulis memang serba mengetahui apa saja yang terjadi pada tokoh di sepanjang cerita, akan tetapi penulis tidak mengetahui secara detail dan hanya berdasarkan pengamatan luar saja.

Berikut ini contoh penggalan cerita dengan sudut pandang ketiga terbatas.

Saat Natan masuk ke apartemen yang sudah dia tinggal pergi ke New York selama empat hari itu, Akbar sudah ada disana. Nonton berita bola di TV sambil makan keripik belut premium yang berhasil ia temukan, padahal seingat Natan, dia sudah menyembunyikan toples keripik itu di laci meja kerjanya di kamar.

“ Heh! Natan Sunatan!”

Rehanda Harris muncul dari balik punggung Natan, kemudian melongok ke dalam.

“Wei, Bar! Akbar Surakbar! Udah nyampe aja!” seru Rehan lagi.

Dan memang begitulah cara Akbar memanggil dua lelaki etnis Sunda itu. Dia asal memberikan rumus nama Dungung Tekudungdung pada mereka berdua. Masalahnya jadi tidak enak untuk nama Natan.

“Bantuin bawain dong Nat! Main Masuk aja!” kata Rehan lagi, menyerahkan salah satu plastik belanjaan yang dia tenteng pada Natan.

-The Case We Met, Flazia

Hampir sama dengan sudut pandang ketiga terbatas penulis serba mengetahui apa saja yang terjadi pada setiap karakternya, namun dalam konteks yang jauh lebih detail. Pada POV kali ini penulis dapat mengetahui hingga isi pikiran dan isi hati seluruh tokoh dalam cerita seolah penulis adalah dewa.

Gadis Parasayu, manajer humas di salah satu cabang Biocell Pharmacy Indonesia (BPI), mendapat posisi baru yang mengharuskannya pindah ke kantor pusat mereka di Jakarta. Sebagai manajer humas untuk produk andalan terbaru BPI yang bernama Dhemoticyl, ia dituntut untuk bisa bekerja sama dengan si selebriti BPI yang memiliki gelar The Most Eligible Bachelor in Indonesia.

Troy Mardian, manajer senior marketing Dhemoticyl, sama sekali tidak menyukai si pendatang baru itu. Ia sangat yakin karir baru Gadis ini akan berakhir seperti para manajer humas sebelumnya yang mengundurkan diri dalam waktu singkat karena tidak bisa bekerja sama dengannya.

Gadis dan Troy saling membenci sejak pandangan pertama. Di mata Gadis gaya kebule-bulean Troy yang pesolek dan song ningrat, membuat lelaki itu sangat artifisial. Belum lagi kegilaan Troy pada barang-barang designer label, serta kebiasaannya yang selalu berbicara dalam bahasa inggris, semakin membuat gadis muak pada tingkah lelaki itu.

Sedangkan bagi Troy, kegilaan Gadis pada produk fashion lokal, membuat dahinya berkerut tajam menyadari betapa tidak trendi selera wanita itu. Belum lagi kecintaan Gadis pada masakan Indonesia yang berhasil membuat perutnya mulas saat ia harus menyaksikan melahap masakan Padang di pinggir jalan memakai tangan, tanpa sendok dan garpu. Betapa tidak higienisnya hal itu!

-Love, Hate and Hocus Pocus, Karla M. Nashar

Penggunaan POV 1, POV 2 dan POV 3 ini seringkali membuat para penulis pemula bingung, sebab dalam beberapa cerita penulis terkadang menggunakan lebih dari 1 sudut pandang. Misalnya di awal cerita penulis menggunakan POV 1 untuk mengisahkan si tokoh utama, kemudian untuk menjelaskan tokoh lainnya penulis menggunakan POV 3.

Apakah boleh menggunakan lebih dari 1 sudut pandang? Tentu saja boleh, selagi cerita tetap menarik dan kamu juga dapat menerapkannya dengan sesuai. Beberapa penulis berbakat kadang menggunakan beberapa sudut pandang untuk mendapatkan ‘rasa’ dalam cerita yang dituliskannya.

Hal ini juga kadang tidak disadari para pembaca, sebab pembaca sudah masuk ke dalam kisah tersebut tanpa menghiraukan sudut pandang yang digunakan. Itu artinya cerita tersebut berhasil dalam membuat pembacanya merasakan feel yang sama dengan sang penulis cerita.

Bagaimana Caranya Memilih Sudut Pandang?

Ingin menulis ceritamu sendiri? maka saatnya kamu mulai memikirkan sudut pandang mana yang akan kamu hadirkan ke dalam ceritamu nantinya. Bagi para pemula, mungkin menentukan sudut pandang adalah hal yang sedikit rumit dan membingungkan.

Oleh karena itu kamu bisa menggunakan sudut pandang orang pertama (POV 1) untuk menceritakan kisahmu. POV 1 ini termasuk mudah diterapkan dan juga efektif untuk menarik pembaca masuk ke dalam sebuah cerita.

Sebab dalam penuturannya kamu dalam menjelaskan detail apa yang dirasakan, dilihat dan dipikirkan si tokoh utama, serta kamu tidak perlu susah payah mengamati sudut pandang orang lain karena cukup menggunakan sudut pandangmu saja.

Apabila dirasa sudah semakin mahir menuliskan cerita, maka kamu dapat mulai mencoba menggunakan POV 3 untuk memberikan pemaparan yang jauh lebih detail mengenai karakter atau tokoh lain dalam keseluruhan cerita.

Akan tetapi dibandingkan POV 1 yang dapat dengan mudah mengajak pembaca terjun dalam kisah, POV 3 ini cenderung membutuhkan usaha lebih banyak untuk mampu membuat pembaca begitu menghayati cerita layaknya penulis. Sebab, adanya banyak karakter yang memecahkan fokus pembaca.

Namun hal ini tidak menutup kemungkinan novel-novel dengan POV 3 untuk tetap menarik dan banyak digemari. Sebut saja beberapa contoh novel menarik karya Tere Liye dalam seri Bumi, Bulan, dan lainnya menggunakan POV 3 namun tetap mampu mengajak pembacanya jatuh kedalam dunia fantasi khas Tere Liye.

Sudut Pandang Orang Kedua (POV 2)

Jika pada POV 1 penulis banyak terlibat dalam cerita dengan menggunakan ‘aku’ maka sebaliknya pada POV 2. Sudut pandang orang kedua menggunakan ’kamu” sebagai peran utamanya, sehingga sangat jarang sebuah cerita menggunakan POV 2 ini, akan tetapi beberapa karya seperti pada artikel akan sering menggunakan POV 2 dengan kamu, anda, atau bahkan lo.

Contoh cerita dengan sudut pandang orang kedua memang tidak banyak, apalagi pada novel-novel Indonesia. Beberapa novel seperti  milik Lorrie Moore dengan bukunya How to Become a Writer dan Camping Out karya Ernest Hemingway masih menggunakan POV 2. Contoh lain cerita dengan POV 2 adalah seperti berikut.

Matahari mulai menyingsing terik memanggil-manggi udara panas yang kian berhembus. Kamu melihat jam tangan menunjukan pukul sebelas siang dan kini kamu bahkan belum sampai setengah perjalanan menuju Central Park. Masih ada banyak blok lagi yang harus ditempuh dengan kendaraan usang milikmu yang nampak sudah tak sanggup jalan lagi. Betapa hari yang panjang dan menyebalkan! Ujarmu.

Beberapa artikel yang membahas tentang tutorial melakukan sesuatu akan cenderung menggunakan sudut pandang orang kedua.

Tinggal di negara yang maju layaknya negara-negara di Eropa sana memang tampak menyenangkan dan bahkan menjadi keinginan bagi beberapa orang, baik untuk menempuh karir maupun untuk menempuh pendidikan. Apakah kamu salah satunya? Jika kamu tertarik melanjutkan karir, studi bahkan menetap di luar negeri maka kamu mungkin akan memerlukan tips-tips bagaimana cara yang tepat untuk merantau ke negara orang dengan minim budget. Berikut tipsnya untuk kamu!

Dari contoh artikel diatas dapat disimpulkan penggunaan sudut pandang orang kedua yaitu ‘kamu’ akan terasa jauh lebih baik dalam artikel dari pada dalam cerita yang terasa kaku. Kata ganti ‘kamu’ yang mana adalah pembaca itu sendiri akan seolah membuat sang penulis berkomunikasi dengan pembacanya, sehingga akan terasa lebih nyata jika diterapkan untuk karya seperti artikel, pidato dan lainnya.

Sudut Pandang Orang Pertama (POV 1)

Apa yang dimaksud dengan POV 1? Jika kamu sering membaca novel baik fiksi maupun non fiksi maka kamu tentu tidak asing menemui penggunaan sudut pandang orang pertama. POV 1 adalah cerita yang menceritakan diri sendiri atau kisah sang penulis. Pada sudut pandang orang pertama menggunakan ‘aku’ sebagai peran utama.

Sudut pandang orang pertama ini biasanya membangun perasaan seolah-seolah si pembaca mengalami hal serupa dengan tokoh utama, sebab menggunakan ‘aku’ sebagai pusat cerita.

Berikut ini contoh penggalan cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama.

Aku sudah merasa tenang dan aman di Wonokromo. Robert tak pernah kelihatan. Mama dan Annelies tak mengindahkannya. Walau begitu bukan berarti aku harus merasa telah menggantikan kedudukannya. Segala daya kukerahkan untuk mengesani orang luar rumah, aku bukan bandit, juga bukan maksud membandit. Dan bahwa aku hanya seorang tamu yang setiap waktu harus pergi.

Dan malam sehabis belajar ini sengaja aku tidak menulis. Ada keinginan meneruskan belajar setelah istirahat. Tak tahu aku mengapa sekarang rajin belajar. Ingin maju di sekolahan. Yang pasti bukan karena dorongan keluarga atau Annelies.

Dorongan itu juga bukan karena surat-surat Bunda yang selalu bertanya kalau-kalau diri ini di hambalang kesulitan. Suratnya yang keempat kubala, untuk menyatakan kelonggaranku, agar uang-bulananku sebaiknya untuk adik-adik.

-Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer

Dari potongan cerita Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer diatas, dapat disimpulkan penulis menggunakan ‘aku’ sebagai tokoh utama yang berhasil membuat para pembacanya seolah menjadi Minke dalam sepanjang cerita.

Apa itu POV? Arti POV

Pernah dengar istilah POV? Jika kamu masih ingat pelajaran bahasa indonesia atau kamu sering menonton film maka kamu pasti tidak asing dengan istilah point of view atau sudut pandang.

Secara bahasa point of view memiliki makna sudut pandang, yang biasanya menjadi sudut pandang seorang penulis terhadap tulisan atau karyanya. Hal ini dilakukan dengan harapan supaya audiencenya memahami maksud dan rasa sama seperti sang penulis atau kreator karya tersebut.

POV dalam media sosial memiliki arti sudut pandang dari sisi kreator melalui video maupun foto yang diunggahnya. Menilik dari penggunaannya di media sosial, pada umumnya pemilik konten ingin memposisikan para audience dalam posisi si pemilik konten.

Contohnya, pada sebuah postingan video menunjukan situasi konser dengan si pemilik video dan pacarnya. Lalu sang kreator video tersebut menuliskan caption POV: Ketika semuanya baik-baik saja.

Dari situasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa maksud kreator menuliskan POV adalah supaya para audiencenya merasakan masa-masa ketika sebelum pandemi dan masih dapat menonton konser dengan leluasa. Selain itu jika diketahui si kreator ini sudah tidak berpacaran maka ada kemungkinan POV yang dimaksud adalah ketika dia belum putus dari pacarnya.

Istilah yang mulai viral dari Tiktok ini pun kini juga sering ditemui dalam caption di media sosial manapun. Tentu istilah POV ini bukan hal baru lagi, bahkan Ariana Grande sang penyanyi kenamaan dari Amerika pun membuat lagu dengan judul yang sama dan mengisahkan mengenai mencintai diri sendiri dari sudut pandang orang lain.

Dalam sebuah karya sastra POV sendiri memiliki beberapa jenis yang berbeda tergantung cara penggambarannya sesuai yang diinginkan sang penulis.

Bentuk Penggunaan POV

Berikut perbedaan penggunaan POV di media sosial dan di dunia perfilman:

Melansir International Journal of Innovative Science and Research Technology (2023), POV sering dipakai sebagai tagar (hashtag) dalam video untuk memberi tahu penonton bahwa video yang ditonton berasal dari sudut pandang penonton itu sendiri. Dengan kata lain, penonton seolah-olah diajak untuk merasakan, mengalami, atau menyaksikan peristiwa yang digambarkan dalam video secara langsung.

Tren POV di media sosial mengacu pada sudut pandang kreator terhadap konten. Melalui konten tersebut, kreator yakin bahwa dirinya dapat membantu pemirsa memahami sentimen atau tujuan pembuatan video. Kreator ingin pemirsa melihat atau merasakan apa yang dirasakan oleh pemeran dalam video.

Penggunaan identitas dalam pembuatan materi konten POV tidak terbatas pada satu jenis kelamin. Misalnya, seorang kreator yang berjenis kelamin laki-laki bisa bertindak sebagai perempuan sekaligus dalam videonya tersebut. Tujuannya adalah untuk menghidupkan peran yang sedang dibahas dan menarik perhatian penonton.

Tak jarang pula para kreator menggunakan efek khusus yang dapat mengubah kontur atau ekspresi wajah. Efek-efek tersebut akan membuat pemeran dalam video menjadi tampak, cantik, awet muda, atau sebaliknya, terlihat lebih tua dan berwajah aneh.

Sementara itu, dalam konteks film, POV memungkinkan penonton melihat dan merasakan peristiwa dari sudut pandang karakter tertentu. Kamera yang mengambil sudut pandang karakter memungkinkan para pemirsa untuk merasakan emosi, ketegangan, dan dinamika dari perspektif yang sangat personal.

Mengutip journal.isi.ac.id, POV dalam film adalah sudut pandang kamera yang digunakan untuk mempengaruhi unsur dramatik yang dirasakan bagi penonton. Unsur dramatik yang dimaksud dapat berupa ketegangan, misteri, dan kejutan.

Untuk membangun kesan POV dalam film, kamera biasanya diletakkan berdekatan maupun pada sudut pandang atau angle pemain, sehingga akan menimbulkan pemikiran bahwa kamera menempel di wajahnya. Adapun angle yang ingin dibangun tergantung dengan kebutuhan pendukung ceritanya.

Tren POV di media sosial bisa digunakan saat kreator ingin membuat para penonton merasa terhubung dengan pemikiran, pendapat, dan pengalaman dalam video. Istilah POV juga bisa dipakai dalam konten humor untuk memberikan kesan bahwa kreator mempunyai selera humor yang sama dengan para pemirsa.

Misalnya, kreator ingin membuat penonton merasakan kebiasaan anak kelahiran 1990-an. Maka, kreator dapat membuat video dan memberikan keterangan “POV: anak kelahiran 90 an yang dicariin emak saat mau Magrib”.

Contoh lain dari penggunaan POV, yaitu ketika kreator ingin membuat penonton merasakan pengalaman menjadi tukang parkir. Maka, kreator dapat memberikan keterangan dalam video berupa “POV: tukang parkir muncul pas mau pulang”.

Dalam bahasa gaul atau bahasa slang, ada banyak singkatan yang bisa jadi membingungkan bagi kamu. Istilah singkatan dalam bahasa gaul seperti FYI, FYP, dan POV sering digunakan dalam Bahasa Inggris, terutama dalam percakapan kasual dan media sosial. Apa sih arti dari ketiga istilah tersebut?

FYI adalah singkatan dari For Your Information. Istilah ini cukup sering digunakan, termasuk dalam komunikasi formal dan profesional. Singkatan ini pertama kali digunakan pada tahun 1930-an oleh para jurnalis saat mengirimkan pesan melalui telegram, yang mengindikasikan bahwa pesan yang dikirimkan hanya boleh dibaca oleh orang yang dituju oleh telegram tersebut. Di jaman modern ini, guna FYI mengalami perubahan. Saat ini, FYI digunakan untuk menunjukkan bahwa pesan yang dikirimkan hanya bertujuan sebagai informasi dan tidak membutuhkan tindakan apapun.

Dalam percakapan tertulis formal, sebaiknya FYI dituliskan dengan huruf kapital. Sebaliknya, dalam percakapan tertulis informal, FYI bisa dituliskan tanpa huruf kapital.

- FYI, I’m taking a leave of absence for a few days next week, so I won’t attend the meeting.

-  I was late for the test, because fyi, I shouldn’t be binge watching on Netflix the day before an important test.

Singkatan FYP sebenarnya bisa diartikan beberapa hal, di antaranya ‘Fixed Your Post’ (istilah yang banyak digunakan di Twitter, ‘Five Year Plan’ (yang berarti rencana lima tahun yang dimiliki sebuah perusahaan), serta ‘Final Year Project’ (yang berarti tugas di tahun terakhir di universitas). Tapi istilah FYP paling banyak digunakan di media sosial popular, TikTok. Di platform ini, FYP berarti ‘For Your Page’, yaitu laman berisi video yang direkomendasikan oleh TikTok untuk pengguna, berdasarkan hal-hal yang disukai oleh pengguna tersebut. Para pengguna TikTok juga ingin agar video mereka berhasil masuk ke FYP, sehingga video mereka bisa disaksikan oleh lebih banyak pengguna lain, sehingga mereka bisa mendapatkan pengikut baru.

Istilah POV berarti Point of View atau sudut pandang. Walaupun sering digunakan dalam percakapan sehari-hari, POV juga sangat populer digunakan dalam sosial media, di mana POV sering digunakan dalam video yang menunjukkan sudut pandang pengguna dalam situasi tertentu. Video yang dibuat tidak hanya berarti kejadian yang sebenarnya, tapi juga video yang menjelaskan sebuah situasi yang merupakan imajinasi pembuatnya.

-          What is your POV about this issue?

-          She tried to write the story using the first person POV, but then she changed it to the third person POV.

Mempelajari bahasa slang Inggris dan artinya memang tidak mudah, karena rasanya setiap hari selalu muncul istilah baru yang banyak digunakan. Cara paling mudah agar tidak ketinggalan istilah-istilah terkini adalah dengan mengikuti budaya populer yang berkembang. Kamu juga bisa mencari tempat belajar Bahasa Inggris untuk dewasa yang tidak hanya mengajarkan Bahasa Inggris yang resmi, tapi juga Bahasa Inggris populer yang digunakan sehari-hari.

Istilah dan singkatan populer apa lagi yang sering kamu gunakan dalam percakapan Bahasa Inggris sehari-hari?

Bola.com, Jakarta - Point of View (POV) atau sudut pandang telah menjadi istilah yang makin populer di era digital, khususnya di dunia media sosial dan konten kreator.

Awalnya, POV adalah konsep yang banyak digunakan dalam dunia sastra dan film untuk menentukan dari perspektif siapa sebuah cerita dituturkan. Namun, seiring perkembangan platform seperti TikTok, Instagram, dan YouTube, istilah ini telah mengalami evolusi makna dan penggunaan.

Dalam konteks media sosial, POV sering digunakan sebagai cara untuk mengajak penonton masuk ke skenario atau situasi tertentu, menciptakan pengalaman yang lebih imersif dan personal.

Pemahaman tentang arti POV menjadi kian penting bagi pengguna media sosial, baik sebagai kreator maupun konsumen konten. Penggunaan POV yang tepat dapat meningkatkan engagement, membangun koneksi emosional dengan audiens, dan bahkan menjadi alat storytelling yang powerful.

Dari video pendek yang mengajak penonton membayangkan diri mereka dalam situasi tertentu, hingga foto yang menangkap momen dari sudut pandang unik, POV telah menjadi elemen kunci dalam menciptakan konten yang menarik dan relevan.

Agar lebih jelas, simak pula manfaat dari poin of view (POV), berikut ini, Kamis (8/8/2024).

Berita video usai menjadi juara di ajang Piala AFF U-19 2024, Timnas Indonesia U-19 mulai persiapkan diri menatap Kualfikasi Piala Asia U-20 2025.

Jakarta (ANTARA) - Saat menjelajahi media sosial, Anda akan sering menemukan istilah-istilah baru. Salah satu yang sedang populer adalah "POV" yang sering muncul di berbagai platform. Istilah ini bisa Anda lihat mulai dari artikel hingga media sosial, dan TikTok serta instagram menjadi salah satu tempat paling populer untuk konten POV ini.Apa itu POV?POV adalah singkatan dari "point of view" yang berarti sudut pandang dan biasanya digunakan untuk menunjukkan situasi dari perspektif tertentu.Istilah ini sering digunakan dalam narasi orang pertama, yang membantu pembuat konten membenamkan penonton dalam cerita atau pengalaman tertentu.Istilah "POV" awalnya berasal dari dunia perfilman, di mana hal ini menggambarkan sudut pandang dari mana sebuah adegan ditampilkan.Dalam konteks film, POV memungkinkan penonton melihat dan merasakan peristiwa dari sudut pandang karakter tertentu. Kamera yang menampilkan sudut pandang karakter memungkinkan audiens untuk merasakan ketegangan, emosi, dan dinamika situasi dari perspektif yang sangat pribadi.Dengan menggunakan POV, pembuat konten dapat menambah keterlibatan penonton di dalam cerita atau pengalaman, membuat mereka merasa seolah-olah penonton yang sedang mengalami situasi tersebut. Konten POV juga membuat penontonnya lebih terhubung dan merasakan apa yang dirasakan oleh karakter dalam cerita.Kapan menggunakan istilah POVSekarang istilah ini menjadi populer di media sosial terutama di TikTok. Di TikTok, pengguna sering memakai POV untuk membuat konten yang memungkinkan para penonton merasa seolah-olah mereka benar-benar berada dalam situasi yang digambarkan.Istilah POV bisa digunakan ketika Anda ingin membuat para penonton merasa terkait dengan pengalaman, pendapat dan pemikiran pribadi Anda. Anda juga bisa menggunakan itilah POV dalam konten humor untuk memberikan kesan bahwa Anda memiliki selera humor yang sama dengan audiens.Sebagai contoh, Anda bisa membuat konten dengan sudut pandang khusus, seperti "POV: kamu baru saja bertemu dengan idol K-pop" atau "POV: Hari pertama di sekolah baru." dan lainnya. POV bisa diterapkan dalam berbagai jenis konteks, mulai dari komedi dan tutorial tata rias hingga percintaan.

Pewarta: Allisa LuthfiaEditor: Maria Rosari Dwi Putri Copyright © ANTARA 2024

Dalam dunia sastra dan cerita fiksi, penggunaan POV atau Point of View (sudut pandang) memiliki peran penting dalam membangun narasi dan menampilkan sudut pandang karakter. Melalui penggunaan POV, pembaca dapat melihat dan merasakan cerita dari perspektif yang berbeda. Terdapat berbagai jenis POV yang dapat digunakan dalam cerita fiksi, dan masing-masing jenis memberikan pengalaman membaca yang unik. Jenis POV dalam cerita fiksi menentukan siapa narator cerita dan sejauh mana pembaca bisa menyelami pikiran dan perasaan karakter. Berikut adalah beberapa jenis POV yang sering digunakan dalam cerita fiksi.

Sudut Pandang Orang Pertama (POV 1)

Apa yang dimaksud dengan POV 1? Jika kamu sering membaca novel baik fiksi maupun non fiksi maka kamu tentu tidak asing menemui penggunaan sudut pandang orang pertama. POV 1 adalah cerita yang menceritakan diri sendiri atau kisah sang penulis. Pada sudut pandang orang pertama menggunakan ‘aku’ sebagai peran utama.

Sudut pandang orang pertama ini biasanya membangun perasaan seolah-seolah si pembaca mengalami hal serupa dengan tokoh utama, sebab menggunakan ‘aku’ sebagai pusat cerita.

Berikut ini contoh penggalan cerita yang menggunakan sudut pandang orang pertama.

Aku sudah merasa tenang dan aman di Wonokromo. Robert tak pernah kelihatan. Mama dan Annelies tak mengindahkannya. Walau begitu bukan berarti aku harus merasa telah menggantikan kedudukannya. Segala daya kukerahkan untuk mengesani orang luar rumah, aku bukan bandit, juga bukan maksud membandit. Dan bahwa aku hanya seorang tamu yang setiap waktu harus pergi.

Dan malam sehabis belajar ini sengaja aku tidak menulis. Ada keinginan meneruskan belajar setelah istirahat. Tak tahu aku mengapa sekarang rajin belajar. Ingin maju di sekolahan. Yang pasti bukan karena dorongan keluarga atau Annelies.

Dorongan itu juga bukan karena surat-surat Bunda yang selalu bertanya kalau-kalau diri ini di hambalang kesulitan. Suratnya yang keempat kubala, untuk menyatakan kelonggaranku, agar uang-bulananku sebaiknya untuk adik-adik.

-Bumi Manusia, Pramoedya Ananta Toer

Dari potongan cerita Bumi Manusia karya Pramoedya Ananta Toer diatas, dapat disimpulkan penulis menggunakan ‘aku’ sebagai tokoh utama yang berhasil membuat para pembacanya seolah menjadi Minke dalam sepanjang cerita.

Sudut Pandang Orang Kedua (POV 2)

Sudut pandang orang kedua (POV 2) menggambarkan cerita dari sudut pandang pembaca, dengan menggunakan kata ganti "kamu" sebagai peran utama dalam cerita. Dengan POV 2, pembaca menjadi bagian langsung dari cerita, sehingga dapat merasakan pengalaman secara langsung.

Contoh-contoh karya yang menggunakan POV 2 antara lain adalah artikel tutorial, di mana penulis memandu pembaca melalui langkah-langkah tertentu dengan menggunakan kata ganti "kamu". Selain itu, novel-novel karya Lorrie Moore dan Ernest Hemingway juga sering menggunakan sudut pandang orang kedua untuk menciptakan keterlibatan emosional yang lebih dalam pada pembaca.

Dengan POV 2, pembaca menjadi lebih terlibat dalam cerita dan merasakan pengalaman secara lebih langsung. Hal ini membuat metode ini menjadi salah satu alat yang efektif untuk menciptakan koneksi emosional dengan pembaca dalam berbagai jenis karya, seperti artikel dan novel.

Dengan demikian, sudut pandang orang kedua (POV 2) dengan menggunakan kata ganti "kamu" sebagai peran utama dalam cerita adalah salah satu teknik yang efektif untuk menciptakan keterlibatan emosional yang lebih dalam pada pembaca.

Sudut Pandang Orang Ketiga (POV 3)

Pada sudut pandang orang ketiga, penulis memposisikan dirinya seolah tahu segala hal yang terjadi pada keseluruhan cerita. Dalam POV 3 ini pada umumnya penulis menggunakan nama tokoh utama dan beberapa tokoh lainnya.

POV 3 juga dibedakan menjadi dua jenis yaitu sudut pandang orang ketiga terbatas dan serba tahu.

Dalam sudut pandang ini, penulis memang serba mengetahui apa saja yang terjadi pada tokoh di sepanjang cerita, akan tetapi penulis tidak mengetahui secara detail dan hanya berdasarkan pengamatan luar saja.

Berikut ini contoh penggalan cerita dengan sudut pandang ketiga terbatas.

Saat Natan masuk ke apartemen yang sudah dia tinggal pergi ke New York selama empat hari itu, Akbar sudah ada disana. Nonton berita bola di TV sambil makan keripik belut premium yang berhasil ia temukan, padahal seingat Natan, dia sudah menyembunyikan toples keripik itu di laci meja kerjanya di kamar.

“ Heh! Natan Sunatan!”

Rehanda Harris muncul dari balik punggung Natan, kemudian melongok ke dalam.

“Wei, Bar! Akbar Surakbar! Udah nyampe aja!” seru Rehan lagi.

Dan memang begitulah cara Akbar memanggil dua lelaki etnis Sunda itu. Dia asal memberikan rumus nama Dungung Tekudungdung pada mereka berdua. Masalahnya jadi tidak enak untuk nama Natan.

“Bantuin bawain dong Nat! Main Masuk aja!” kata Rehan lagi, menyerahkan salah satu plastik belanjaan yang dia tenteng pada Natan.

-The Case We Met, Flazia

Hampir sama dengan sudut pandang ketiga terbatas penulis serba mengetahui apa saja yang terjadi pada setiap karakternya, namun dalam konteks yang jauh lebih detail. Pada POV kali ini penulis dapat mengetahui hingga isi pikiran dan isi hati seluruh tokoh dalam cerita seolah penulis adalah dewa.

Gadis Parasayu, manajer humas di salah satu cabang Biocell Pharmacy Indonesia (BPI), mendapat posisi baru yang mengharuskannya pindah ke kantor pusat mereka di Jakarta. Sebagai manajer humas untuk produk andalan terbaru BPI yang bernama Dhemoticyl, ia dituntut untuk bisa bekerja sama dengan si selebriti BPI yang memiliki gelar The Most Eligible Bachelor in Indonesia.

Troy Mardian, manajer senior marketing Dhemoticyl, sama sekali tidak menyukai si pendatang baru itu. Ia sangat yakin karir baru Gadis ini akan berakhir seperti para manajer humas sebelumnya yang mengundurkan diri dalam waktu singkat karena tidak bisa bekerja sama dengannya.

Gadis dan Troy saling membenci sejak pandangan pertama. Di mata Gadis gaya kebule-bulean Troy yang pesolek dan song ningrat, membuat lelaki itu sangat artifisial. Belum lagi kegilaan Troy pada barang-barang designer label, serta kebiasaannya yang selalu berbicara dalam bahasa inggris, semakin membuat gadis muak pada tingkah lelaki itu.

Sedangkan bagi Troy, kegilaan Gadis pada produk fashion lokal, membuat dahinya berkerut tajam menyadari betapa tidak trendi selera wanita itu. Belum lagi kecintaan Gadis pada masakan Indonesia yang berhasil membuat perutnya mulas saat ia harus menyaksikan melahap masakan Padang di pinggir jalan memakai tangan, tanpa sendok dan garpu. Betapa tidak higienisnya hal itu!

-Love, Hate and Hocus Pocus, Karla M. Nashar

Penggunaan POV 1, POV 2 dan POV 3 ini seringkali membuat para penulis pemula bingung, sebab dalam beberapa cerita penulis terkadang menggunakan lebih dari 1 sudut pandang. Misalnya di awal cerita penulis menggunakan POV 1 untuk mengisahkan si tokoh utama, kemudian untuk menjelaskan tokoh lainnya penulis menggunakan POV 3.

Apakah boleh menggunakan lebih dari 1 sudut pandang? Tentu saja boleh, selagi cerita tetap menarik dan kamu juga dapat menerapkannya dengan sesuai. Beberapa penulis berbakat kadang menggunakan beberapa sudut pandang untuk mendapatkan ‘rasa’ dalam cerita yang dituliskannya.

Hal ini juga kadang tidak disadari para pembaca, sebab pembaca sudah masuk ke dalam kisah tersebut tanpa menghiraukan sudut pandang yang digunakan. Itu artinya cerita tersebut berhasil dalam membuat pembacanya merasakan feel yang sama dengan sang penulis cerita.